Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Rabu, 13 Mei 2009

PERENCANAAN POROS, MACAM POROS, SERTA FUNGSI

A. TINJAUAN UMUM

Gandar (berputar atau diam) atau poros adalah untuk menopang bagian mesin yang diam, berayun atau berputar, tetapi tidak menderita momen putar dan denga demikian tegangan utamanya adalah tekukan (bending). Gandar pendek juga disebut sebagai baut. Bagian yang berputar dalam bantalan dari gandar (dan poros) disebut tap.

Poros (keseluruhannya berputar) adalah untuk mendukung suatu momen putar dan mendapat tegangan puntir dan tekuk.

Menurut arah memanjangnya (longitudinal) maka dibedakan poros yang bengkok (poros engkol) terhadap poros lurus biasa, sebagai poros pejal atau poros berlubang, keseluruhannya rata atau dibuat mengecil. Menurut penampang melintangnya disebutkan sebagai poros bulat dan poros profil (contohnya dengan profil alur banyak dan profil – K). Disamping itu dikenal juga poros engsel, poros teleskop, poros lentur, dan lain-lain.

Persyaratan khusus terhadap design dan pembuatan adalah sambunagn dari poros dan naf serta poros dengan poros.

Pembuatan poros sampai diameter 150 mmadalah dari baja bulat (St 42, St 50, St 70 dan baja campuran) yang diputar atau ditarik.Dari lebih tebal ditempa menjadi jauh lebih kecil. Poros beralur diakhiri dengan penggosokan, dalam hal dikehendaki bulatan yang tepat. Tempat bantalan dan peralihan menurut persyaratan diputar halus digosok, dipoles, dicetak dan pada pengaretan tinggi kemudian dikeraskan.

Pemilihan bahan poros selain diarahkan menurut beban yang dikenakan dan kekakuan bentuk yang diperlukan juga menurut kondisi pemasangannya, contohnya pada poros rituel yang bahannya dipilih setelah untuk roda giginya. Pada bantalan luncur maka keausan dan sifat putaran darurat memegang perangkat, tetapi pemuaian dan nilai pukulan takikan menurun (kepekaan takikan lebih tinggi).

Design pada poros diarahkan menurut bagian tetap yang mana poros atau gandar dihubungkan (bantalan, sil dan naf dari piringan atau roda yang dipasang). Sebagai gambaran maka tempat sambungan yang dibuat dengan benar yang peralihannya dibuatkan dengan baik, yaitu umumnya pada perlemahan dari berbagai pengaruh takikan.

Yang perlu diperhatikan dalam perancangan poros ini diantaranya :

1. Gandar diam dapat ditahan jauh lebih ringan daripada poros yang berputar yang diputar.

2. Poros dari baja kekuatan tinggi tidak sekaku seperti dari St.42 yang semacam itu (modulus E sama), hanya kekuatan tekuk berubah-ubah atau kekuatan torsi berubah-ubah yang lebih besar, kalau pengaruh takikan yang tajam dihindarkan.

3. Poros berlubang denagn d1 = 0,5d beratnya hanya 75%, tetapi tahanan momennya 94% dari poros pejal.

4. Poros berputar yang kencang berlubang kencang memerlukan kekuatan yang baik, bantalan yang kaku dan pembentukan yang kaku.

5. Panjang konstruksi dari mesin seringkali sangat tergantung pada panjang dari tap bantalan, naf dan sil.

Pengamanan Poros dan gandar terhadap peggeseran memanjang diperoleh melalui peralihan poros pada tempat bantalan atau cincin pengaman. Pengaman memanjang dari bantalan, naf, dan piringan dapat diperoleh seperti melalui pemutaran satu sisi, melalui mur poros atau cincin pengaman, kadang-kadang bentuk sambungan tidak meminta pengamanan memanjang (dudukan pres dan sebagainya).

Dalam penjelasan selanjutnya akan kami jabarkan secara jelas, diantaranya :

a. Fungsi Poros

Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakara tali, puli sabuk mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan dan roda gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar. Contohnya sebuah poros dukung yang berputar , yaitu poros roda keran berputar gerobak.

Untuk merencanakan sebuah poros, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Kekuatan poros

Pada poros transmisi misalnya dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yangmendapatkan beban tarik atau tekan, seperti poros baling-baling kapal atau turbin.

Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak harus diperhatikan. Jadi, sebuah poros harus direncanakan cukup kuat untuk menahan beban-beban yang terjadi.

2. Kekakuan poros

Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika lenturan dan defleksi puntirannya terlalu besar, maka hal ini akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak roda gigi).

3. Putaran kritis

Putaran kritis terjadi jika putaran mesin dinaikkan pada suatu harga putaran tertentu sehingga dapat terjadi getaran yang terlalu besar. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian yang lainnya. Untuk itu, maka poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritis.

4. Korosi

Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang terancam kavitas dan poros mesin yang sering berhenti lama.

5. Bahan poros

Bahan untuk poros mesin umum biasanya terbuat dari baja karbon konstruksi mesin, sedangkan untuk pembuatan poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom, dan baja khrom molybdenum.

b. Macam – Macam Poros

Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut:

1. Poros transmisi

Poros transmisi atau poros perpindahan mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Dalam hal ini mendukung elemen mesin hanya suatu cara, bukan tujuan. Jadi, poros ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah satu elemen mesin ke elemen mesin yang lain.

Dalam hal ini elemen mesin menjadi terpuntir (berputar) dan dibengkokkan. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sproket rantai, dan lain-lain.

2. Spindle

Poros tranmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya yang harus kecil, dan bentuk serta ukuranya harus teliti.

3. Gandar

Gandar adalah poros yang tidak mendapatkan beban puntir,bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar. Contohnya seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang.

c. Jenis – Jenis Bantalan

Untuk menumpu poros berbeban, maka digunakan bantalan, sehingga putaran atau gerakan bolak-balik dapat berlangsung secara halus dan tahan lama. Posisi bantalan harus kuat, hal ini agar elemen mesin dan poros bekerja dengan baik.

Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros, maka bantalan dibedakan menjadi dua hal berikut :

1. Bantalan luncur, dimana terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan lapisan pelumas.

2. Bantalan gelinding, dimana terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti rol atau jarum.

Berdasarkan arah beban terhadap poros, maka bantalan dibedakan menjadi tiga hal berikut :

1. Bantalan radial, dimana arah beban yang ditumpu bantalan tegaklurus dengan poros.

2. Bantalan aksial, dimana arah beban bantala ini sejajar dengan sumbu poros.

3. Bantalan gelinding khusus, dimana bantalan ini menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

Berikut ini akan kami jabarkan dari berbagai jenis bantalan diatas sebagai berikut :

1. Bantalan Luncur

Menurut bentuk dan letak bagian poros yang ditumpu bantalan. Salah satunya adalah bantalan luncur.

Adapun macam – macam bantalan luncur adalah sebagai berikut:

a. Bantalan radial, dapat berbentuk silinder, elips, dan lain-lain.

b. Bantalan aksial, dapat berbentuk engsel kerah Michel, dan lain-lain.

c. Bantalan khusus, bantalan ini lebih ke bentuk bola.

Bahan untuk bantalan luncur harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Mempunyai kekuatan cukup.

b. Dapat menyesuaikan diri terhadap lenturan poros yang tidak terlalu besar.

c. Mempunyai sifat anti las.

d. Sangat tahan karat.

e. Dapat membenamkan debu yang terbenam dalam bantalan.

f. Ditinjau dari segi ekonomi.

g. Tidak terlalu terpengaruh oleh temperatur.

2. Bantalan Aksial

Bantalan aksial digunakan untuk menahan gaya aksial. Adapun macamnya, yaitu bantalan telapak dan bantalan kerah. Pada bantalan telapak, tekanan yang diberikan oleh bidang telapak poros kepada bidang bantalan semakin besar untuk titik yang semakin dekat dengan pusat.

3. Bantalan Gelinding

Keuntungan dari bantalan ini mempunyai gesekan yang sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur. Macam – macam bantalan gelinding diantaranya: Pertama. Bantalan bola radial alur dalam baris tunggal. Kedua, Bantalan bola radial magneto. Ketiga. Bantalan bola kontak sudut baris tunggal. Keempat. Bantalan bola mapan sendiribaris ganda.

d. Sambungan Poros dan Naf

Penyematan naf sebuah roda gigi, puli-sabuk, kopling, tuas, dan sebagainya pada poros dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain dengan menggunakan pasak, pena, bus, cincin jepit, lewat kerut, pres atau lem.

1. Pasak dan sambungan Pasak

Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin, seperti roda gigi, sprocket, puli, dan kopling pada poros. Momen diteruskan dari poros ke naf atau naf ke poros.

2. Kerut dan pres

Kedua cara penyambungan mengandung hal yang sama, yaitu bahwa penjepitan antara bagian yang dikehendaki disambung terjadi lewat perubahan bentuk elastik bagian itu sendiri. Pada penyambungan sistem ini, untuk menekan roda pada poros dapat dilakukan dengan cara memanaskan (dikerutkan) atau dapat juga menekan roda pada poros tanpa melalui pemanasan, atau dikatakan roda dipres pada poros.

B. GETARAN – GETARAN PADA POROS

Suatu fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan – kecepatan tertentu adalah getaran yang sangat tinggi, meskipun poros dapat berputar dengan baik pada kecepatan – kecepatan yang lain. Pada kecepatan – kecepatan semacam itu dimana getaran menjadi sangat besar, dapat terjadi kegagalan poros atau bantalan – bantalan. Atau getaran dapat menyebabkan kegagalan karena tidak bekerjanya komponen – komponen sesuai dengan fungsinya, seperti yang dapat terjadi pada sebuah turbin uap dimana ruang bebas antara rotor dan rumah adalah kecil. Getaran semacam ini dapat menyebabkan apa yang disebut olakan poros, atau mungkin menyebabkan suatu osilasi puntir pada poros, atau suatu kombinasidari keduanya. Meskipun kedua peristiwa itu berbeda, namun akan ditunjukkan bahwa masing – masing dapat ditangani dengan cara – cara yang serupa dengan memperhatikan frequensi pribadi dari isolasi. Karena poros – poros pada dasarnya elastik, dan menunjukkan karakteristik – karakteristik pegas.

Poros ini mengalami suatu momen punter atau momen lentur . Jika pada poros tersebut terdapat kombinasi antara momen lentur dan momen puntir maka perancangan poros harus didasarkan pada kedua momen tersebut. Banyak teori telah diterapkan untuk menghitung elastic failure dari material ketika dikenai momen lentur dan momen puntir, misalnya :

1. Maximum shear stress theory atau Guest’s theory

Teori ini digunakan untuk material yang dapat diregangkan (ductile), misalnya baja lunak (mild steel).

2. Maximum normal stress theory atau Rankine’s theory

Teori ini digunakan untuk material yang keras dan getas (brittle), misalnya besi cor (cast iron).

Pada pembahasan selanjutnya, cakupan pembahasan akan lebih terfokus pada pembahasan baja lunak (mild steel) karena menggunakan material S45C sebagai material.

Secara analitis getaran yang mengakibatkan tegangan pada poros dapat dihitung secara terperinci. Misalnya, tegangan geser yang diizinkan untuk pemakaian umum pada poros dapat diperoleh dari berbagai cara, salah satu cara diantaranya dengan menggunakan perhitungan berdasarkan kelelahan puntir yang besarnya diambil 40% dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari kekuatan tarik. Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik, sesuai dengan standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar . Harga 5,6 ini diambil untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan . Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau dibuat bertangga karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukan pengaruh ini kedalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan dalam yang besarnya 1,3 sampai 3,0 (Sularso dan Kiyokatsu suga, 1994: 8).

Pada Pembebanan yang berubah – ubah (fluctuating loads),Pada berbagai sumber bacaan tentang poros pembebanan tetap (constant loads) telah banyak dibahas mengenai yang terjadi pada poros dan ternyata pembebanan semacam ini divariasikan apapun akan tetap konstan sehingga pembebanan seperti apapun tidak menjadi masalah, dengan asumsi masih dibawah tegangan luluhnya (yield). Dan dari segi lain pada kenyataannya bahwa poros akan mengalami pembebanan puntir dan pembebanan lentur yang berubah-ubah. Dengan mempertimbangkan jenis beban, sifat beban, dll. yang terjadi pada poros maka ASME (American Society of Mechanical Engineers) menganjurkan dalam perhitungan untuk menentukan diameter poros yang dapat diterima (aman) perlu memperhitungkan pengaruh kelelahan karena beban berulang.

C. PERANCANGAN BAHAN POROS

Pada perancangan bahan poros ini terdapat perlakuan panas. Perlakuan panas adalah proses pada saat bahan dipanaskan hingga suhu tertentu dan selanjutnya didinginkan dengan cara tertentu pula. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sifat-sifat yang lebih baik dan yang diinginkan sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Sifat yang berhubungan dengan maksud dan tujuan perlakuan panas tersebut meliputi:

1. Meningkatnya kekuatan dan kekerasannya.

2. Mengurangi tegangan.

3. Melunakkan .

4. Mengembalikan pada kondisi normal akibat pengaruh pengerjaan

sebelumnya.

5. Menghaluskan butir kristal yang akan berpengaruh terhadap keuletan

bahan.

Untuk proses pembuatan poros dengan melakukan hardening permukaan. Pemanasan poros ini dilakukan di atas suhu transformasi fase dan selanjutnya didinginkan dengan cepat sekali pada suhu kamar. Sehingga terbentuk suatu fase yang stabil pada suhu tinggi, pengerasan dengan cara ini mengakibatkan terbentuknya susunan yang tidak stabil. Tetapi inilah yang membuat elemen poros ini tidak mudah aus tergerus oleh gesekan yang ada.

Untuk mendapatkan sifat-sifat bahan untuk poros yang lebih baik sesuai dengan karakter yang diinginkan dapat dilakukan melalui pemanasan dan pendinginan. Tujuannya adalah mengubah struktur mikro sehingga bahan dikeraskan, dimudahkan atau dilunakan. Pemanasan bahan dilakukan diatas garis transformasi kira-kira pada 770 derajat C sehingga perlit yang ada pada bakal poros itu berubah menjadi austenit yang homogen karena terdapat cukup karbon. Pada suhu yang lebih tinggi ferrit menjadi austenit karena atom karbon difusi ke dalam ferrit tersebut. Untuk pengerasan baja, pendinginan dilakukan dengan cepat melalui pencelupan kedalam air, minyak atau bahan pendingin lainnya sehingga atom-atom karbon yang telah larut dalam austenit tidak sempat membentuk sementit dan ferrit akibatnya austenit menjadi sangat keras yang disebut martensit. Pada baja setelah terjadi austenit dan ferrit kadar karbonya akan menjadi makin tinggi sesuai dengan penurunan suhu dan akan membentuk hipoeutektoid. Pada saat pemanasan maupun pendinginan difusi atom karbon memerlukan waktu yang cukup. Laju difusi pada saat pemanasan ditentukan oleh unsur-unsur paduanya dan pada saat pendinginan cepat austenit yang berbutir kasar akan mempunyai banyak martensit. Austenit serta martensit inilah yang nantinya akan menjadi sumber kekerasan luar dari poros

[+/-] show Full...

Sabtu, 10 Januari 2009

Who should recondition my seals?

Such a question often comes up when it is time to recondition a mechanical seal: We use several different brands of mechanical seals in my plant. When a pump is taken out of service, we usually send the seal back to the original seal manufacturer for reconditioning. One of my suppliers has offered to recondition all of my seals, regardless of brand. Is this a good idea?

Most process plant maintenance departments return their used mechanical seals to the original seal manufacturer (or Seal OEM) for reconditioning. Because the cost for a rebuilt seal is usually only about half the cost of a new seal, this is an effective way of saving money instead of buying new seals for every pump overhaul.

The Seal OEM's service center strips the seal down to its individual components, checks each against original equipment drawings and specifications, and identifies which parts need to be replaced and which can be cleaned and refurbished. They then rebuild the seal to like-new specifications using the same assembly equipment as a new seal and performing the same final quality checks with the same test equipment.

In most cases, the Seal OEM returns the original seal. Some Seal OEMs operate an exchange program where you will receive a reconditioned seal previously used by a different customer, much like returning the "core" and buying a rebuilt alternator for your car. In either case, you can expect the seal to perform just as it would if it were new. It is usually covered with the Seal OEM's warranty, just like a new seal.

The major Seal OEMs have always taken the position that refurbishing another manufacturer's product is a risky venture for reasons related to product liability, emissions, safety and maintaining a good reputation with the customer. When someone other than a Seal OEM attempts to recondition a seal, it can be even riskier.

From your point of view, consider the following:
Lack of Application Information

Most Seal OEMs provide their customers with an observation report describing the condition of the seal when returned. Sometimes this is expanded to include a complete failure report. To do this effectively, the repair people need to know the application details (pumped product, concentration, viscosity, temperature, pressure, operating conditions, etc.), which the Seal OEM will have on file from his original engineering selection. It may be difficult for the non-OEM repair shop to make meaningful conclusions without knowing the particulars of the application. If you are accustomed to your Seal OEM providing failure/observation reports, you may lose this ability with a non-OEM shop.
Material Identification

There are several critical components in any seal, particularly the carbon-graphite and carbide faces and the elastomers. Carbon-graphite all looks the same, but dozens of different grades exist. Many are proprietary to certain manufacturers, specially formulated to produce specific corrosion, thermal or tribological properties. It is practically impossible to determine the grade of a piece of carbon-graphite through testing. Unless you get lucky, most substitutes will not perform the same way as the original material, especially in challenging applications. The same issues apply to silicon carbides, tungsten carbides, elastomer O-rings, etc.
Material Equivalency

Even if the non-OEM repair shop can identify the Seal OEM's proprietary material grade from a drawing, they will have to substitute another grade because the original is proprietary. Changing carbon-graphite, carbide face material or an elastomer compound can negatively affect performance.
Dimensional Tolerances

Each individual component in a mechanical seal typically has two or three critical, tight tolerance dimensions. Usually these close tolerances are necessary to ensure the parts are round, concentric, perpendicular, free to move relative to one another without binding, and/or have the correct shrink or press fits. Any

components replaced by the non-OEM repair shop will likely be measured and reverse-engineered. There is a high probability the dimensions and tolerances will not be identical to the Seal OEM parts, particularly if the worn parts were abraded, corroded or broken-making accurate measurement difficult. This may significantly affect seal performance.
Sealants/Lubricants

Some mechanical seals are assembled with sealants or lubricants to improve performance during the start-up and break-in period. It is unlikely the non-OEM repair shop will be aware of this, as these notes are in factory assembly procedures and seldom appear on the top assembly drawings sent to customers. Obviously, performance of the seal could be negatively affected if a necessary sealant or lubricant is omitted during assembly.
Assembly Procedures

Mechanical seals (especially dual seal arrangements, metal bellows seals and dry gas seals) can be tricky to assemble. They may need special fixtures or tooling to ensure press-fits are square and true, O-rings are not cut or abraded, drive pins are correctly aligned, etc. Some seals require heat cycling at different stages of assembly to relieve stresses. Lapping specifications and finishes are not the same for all seals. The non-OEM repair shop will not have access to the fixture designs, specifications or procedures required to ensure proper final assembly of complex arrangements.
Conclusion

You ultimately choose whether you send your used seals to the Seal OEM or to a non-OEM repair shop. Price and delivery obviously enter into the decision process. The trade-off, however, could turn out to be lower seal reliability and higher safety and environmental risk.

Next Month: How will the new P3-A centrifugal pump standard affect you?

We invite your questions on sealing issues and will provide best efforts answers based on FSA publications.
Fluid Sealing Association

Sealing Sense is produced by the Fluid Sealing Association as part of our commitment to industry consensus technical education for pump users, contractors, distributors, OEMs and reps. This month's Sealing Sense was prepared by FSA Member Rick Page. As a source of technical information on sealing systems and devices, and in cooperation with the European Sealing Association, the FSA also supports development of harmonized standards in all areas of fluid sealing technology. The education is provided in the public interest to enable a balanced assessment of the most effective solutions to pump technology issues on rational Total Life Cycle Cost (LCC) principles.

The Mechanical Seal Division of the FSA is one of six with a specific product technology focus. As part of their educational mission they develop publications such as the Mechanical Seal Handbook, a primer intended to complement the more detailed manufacturer's documents produced by the member companies. This handbook served as the basis for joint development of the more comprehensive Hydraulic Institute publication: Mechanical Seals for Pumps: Application Guidelines. Joint FSA/ESA publications such as the Seal Forum, a series of case studies in pump performance, are another example as is the Life Cycle Cost Estimator, a web-based software tool for determination of pump seal total Life Cycle Costs. The Sealing Systems Matter initiative also was launched to support the case for choosing mechanical seals that optimize life cycle cost, safety and environmental compliance.
source :http://www.maintenanceworld.com/Articles/pumpzon/recondition-seals.html

[+/-] show Full...

Micrometer : Types

Basic types
The image shows three common types of micrometers; the names are based on their application:

* Outside micrometer (aka micrometer caliper), typically used to measure wires, spheres, shafts and blocks.

* Inside micrometer, used to measure the diameter of holes.

* Depth micrometer, measures depths of slots and steps.

* Bore micrometer, typically a three-anvil head on a micrometer base used to accurately measure inside diameters.

* Tube micrometer, used to measure the thickness of tubes.


Specialized types


Each type of micrometer caliper can be fitted with specialized anvils and spindle tips for particular measuring tasks. For example, the anvil may be shaped in the form of a segment of screw thread; in the form of a v-block; in the form of a large disc; etc.

Universal micrometer sets come with interchangeable anvils: flat, spherical, spline, disk, blade, point, knife-edge, etc. The term universal micrometer may also refer to a type of micrometer whose frame has modular components, allowing one micrometer to function as outside mic, depth mic, step mic, etc (often known by the brand names Mul-T-Anvil and Uni-Mike).

Blade mics have a matching set of narrow tips (blades). They allow, for example, the measuring of a narrow o-ring groove.

Pitch-diameter mics have a matching set of thread-shaped tips for measuring the pitch diameter of screw threads.

Limit mics have two anvils and two spindles, and are used like a snap gauge. The part being checked must pass through the first gap and must stop at the second gap in order to be within specification.

Micrometer stops are essentially inside mics that are mounted on the table of a manual milling machine or other machine tool, in place of simple stops. They help the operator to position the table precisely.
source :http://en.wikipedia.org/wiki/Micrometer#Types

[+/-] show Full...

Micrometer : Reading

Inch system

Micrometer thimble showing 0.276 inch
The spindle of an inch-system micrometer has 40 threads per inch, so that one turn moves the spindle axially 0.025 inch (1 ÷ 40 = 0.025), equal to the distance between two graduations on the frame. The 25 graduations on the thimble allow the 0.025 inch to be further divided, so that turning the thimble through one division moves the spindle axially 0.001 inch (0.025 ÷ 25 = 0.001). Thus, the reading is given by the number of whole divisions that are visible on the scale of the frame, multiplied by 25 (the number of thousandths of an inch that each division represents), plus the number of that division on the thimble which coincides with the axial zero line on the frame. The result will be the diameter expressed in thousandths of an inch. As the numbers 1, 2, 3, etc., appear below every fourth sub-division on the frame, indicating hundreds of thousandths, the reading can easily be taken mentally.

Suppose the thimble were screwed out so that graduation 2, and three additional sub-divisions, were visible (as shown in the image), and that graduation 1 on the thimble coincided with the axial line on the frame. The reading then would be 0.2000 + 0.075 + 0.001, or .276 inch.


Metric system

Micrometer thimble reading 5.78mm
The spindle of an ordinary metric micrometer has 2 threads per millimetre, and thus one complete revolution moves the spindle through a distance of 0.5 millimetre. The longitudinal line on the frame is graduated with 1 millimetre divisions and 0.5 millimetre subdivisions. The thimble has 50 graduations, each being 0.01 millimetre (one-hundredth of a millimetre). Thus, the reading is given by the number of millimetre divisions visible on the scale of the sleeve plus the particular division on the thimble which coincides with the axial line on the sleeve.

Suppose that the thimble were screwed out so that graduation 5, and one additional 0.5 subdivision were visible (as shown in the image), and that graduation 28 on the thimble coincided with the axial line on the sleeve. The reading then would be 5.00 + 0.5 + 0.28 = 5.78 mm.


Vernier


Micrometer sleeve (with vernier) reading 5.783mm
Some micrometers are provided with a vernier scale on the sleeve in addition to the regular graduations. These permit measurements within 0.001 millimetre to be made on metric micrometers, or 0.0001 inches on inch-system micrometers.

The additional digit of these micrometers is obtained by finding the line on the sleeve vernier scale which exactly coincides with one on the thimble. The number of this coinciding vernier line represents the additional digit.

Thus, the reading for metric micrometers of this type is the number of whole millimetres (if any) and the number of hundredths of a millimetre, as with an ordinary micrometer, and the number of thousandths of a millimetre given by the coinciding vernier line on the sleeve vernier scale.

For example, a measurement of 5.783 millimetres would be obtained by reading 5.5 millimetres on the sleeve, and then adding 0.28 millimetre as determined by the thimble. The vernier would then be used to read the 0.003 (as shown in the image).

Inch micrometers are read in a similar fashion.

Note: 0.01 millimetre = 0.000393 inch, and 0.002 millimetre = 0.000078 inch (78 millionths) or alternately, 0.0001 inch = 0.00254 millimetres. Therefore, metric micrometers provide smaller measuring increments than comparable inch unit micrometers—the smallest graduation of an ordinary inch reading micrometer is 0.001 inch; the vernier type has graduations down to 0.0001 inch (0.00254 mm). When using either a metric or inch micrometer, without a vernier, smaller readings than those graduated may of course be obtained by visual interpolation between graduations.

source :http://en.wikipedia.org/wiki/Micrometer#Reading

[+/-] show Full...

Micrometer : Parts



A micrometer is composed of:

Frame
The C-shaped body that holds the anvil and barrel in constant relation to each other. It is thick because it needs to minimize flexion, expansion, and contraction, which would distort the measurement.
The frame is heavy and consequently has a high thermal mass, to prevent substantial heating up by the holding hand/fingers.
Explanation: if you hold the frame long enough so that it heats up by 10°C, then the increase in length of any 10 cm linear piece of steel is of magnitude 1/100 mm. For micrometers this is their typical accuracy range.
Micrometers typically have a temperature specified, at which the measurement is correct.

Anvil
The shiny part that the spindle moves toward, and that the sample rests against.

Sleeve / barrel / stock
The stationary round part with the linear scale on it. Sometimes vernier markings.

Lock nut / lock-ring / thimble lock
The knurled part (or lever) that one can tighten to hold the spindle stationary, such as when momentarily holding a measurement.

Screw
(not seen) The heart of the micrometer, as explained under "Operating principles". It is inside the barrel. (No wonder that the usual name for the device in German is Messschraube, literally "measuring screw".)

Spindle
The shiny cylindrical part that the thimble causes to move toward the anvil.

Thimble
The part that one's thumb turns. Graduated markings.

Ratchet stop
(not shown in illustration) Device on end of handle that limits applied pressure by slipping at a calibrated torque.
source : http://en.wikipedia.org/wiki/Micrometer#Parts

[+/-] show Full...

Micrometer : History of the device and its name


The word micrometer is a neoclassical coinage from Greek micros, "small", and metron, "measure". Merriam-Webster Collegiate[2] says that English got it from French and that its first known appearance in English writing was in 1670. Neither the metre nor the micrometre nor the micrometer (device) as we know them today existed at that time. However, humans of that time did have much need for, and interest in, the ability to measure small things, and small differences; the word no doubt was coined in reference to this endeavor, even if it did not refer specifically to its present-day senses.

The first ever micrometric screw was invented by William Gascoigne in the 17th century, as an enhancement of the vernier; it was used in a telescope to measure angular distances between stars. Its adaptation for the precise measurement of handheld objects was made by Jean Laurent Palmer of Paris in 1848[3]; the device is therefore often called palmer in French, and tornillo de Palmer ("Palmer screw") in Spanish. (Those languages also use the micrometer cognates: micromètre, micrómetro.) The micrometer caliper was introduced to the mass market in anglophone countries by Brown & Sharpe in 1867,[4] allowing the penetration of the instrument's use into the average machine shop. Brown & Sharpe were inspired by several earlier devices, one of them being Palmer's design. In 1888 Edward Williams Morley added to the precision of micrometric measurements and proved their accuracy in a complex series of experiments.
source :http://en.wikipedia.org/wiki/Micrometer#Torque_repeatability_via_torque-limiting_ratchets_or_sleeves

[+/-] show Full...

Reading a Vernier

A Vernier allows a precise reading of some value. In the figure to the right, the Vernier moves up and down to measure a position on the Scale. This could be part of a barometer which reads atmospheric pressure.

The "pointer" is the line on the vernier labelled "0". Thus the measured position is almost exactly 756 in whatever units the scale is calibrated in.

If you look closely you will see that the distance between the divisions on the vernier are not the same as the divisions on the scale. The 0 line on the vernier lines up at 756 on the scale, but the 10 line on the vernier lines up at 765 on the scale. Thus the distance between the divisions on the vernier are 90% of the distance between the divisions on the scale.



If we do another reading with the vernier at a different position, the pointer, the line marked 0, may not line up exactly with one of the lines on the scale. Here the "pointer" lines up at approximately 756.5 on the scale.

If you look you will see that only one line on the vernier lines up exactly with one of the lines on the scale, the 5 line. This means that our first guess was correct: the reading is 756.5.

Here is a final example, with the vernier at yet another position. The pointer points to a value that is obviously greater than 756.5 and also less than 757.0. Looking for divisions on the vernier that match a division on the scale, the 7 line matches fairly closely. So the reading is about 756.7.


In fact, the 7 line on the vernier appears to be a little bit above the corresponding line on the scale. The 8 line on the vernier is clearly somewhat below the corresponding line of the scale. So with sharp eyes one might report this reading as 756.73 ± 0.02.

This "reading error" of ± 0.02 is probably the correct error of precision to specify for all measurements done with this apparatus.


Now we shall use a simulation of a Vernier Caliper. A caliper measures a length, and in the following figure we show a caliper being used to measure the length of an Object. The Object will be placed between the "jaws" of the caliper. The Object is almost exactly 75 mm (2.95 in) long.
source :http://www.upscale.utoronto.ca/PVB/Harrison/Vernier/Vernier.html

[+/-] show Full...

Comment..