Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Rabu, 13 Mei 2009

PERENCANAAN POROS, MACAM POROS, SERTA FUNGSI

A. TINJAUAN UMUM

Gandar (berputar atau diam) atau poros adalah untuk menopang bagian mesin yang diam, berayun atau berputar, tetapi tidak menderita momen putar dan denga demikian tegangan utamanya adalah tekukan (bending). Gandar pendek juga disebut sebagai baut. Bagian yang berputar dalam bantalan dari gandar (dan poros) disebut tap.

Poros (keseluruhannya berputar) adalah untuk mendukung suatu momen putar dan mendapat tegangan puntir dan tekuk.

Menurut arah memanjangnya (longitudinal) maka dibedakan poros yang bengkok (poros engkol) terhadap poros lurus biasa, sebagai poros pejal atau poros berlubang, keseluruhannya rata atau dibuat mengecil. Menurut penampang melintangnya disebutkan sebagai poros bulat dan poros profil (contohnya dengan profil alur banyak dan profil – K). Disamping itu dikenal juga poros engsel, poros teleskop, poros lentur, dan lain-lain.

Persyaratan khusus terhadap design dan pembuatan adalah sambunagn dari poros dan naf serta poros dengan poros.

Pembuatan poros sampai diameter 150 mmadalah dari baja bulat (St 42, St 50, St 70 dan baja campuran) yang diputar atau ditarik.Dari lebih tebal ditempa menjadi jauh lebih kecil. Poros beralur diakhiri dengan penggosokan, dalam hal dikehendaki bulatan yang tepat. Tempat bantalan dan peralihan menurut persyaratan diputar halus digosok, dipoles, dicetak dan pada pengaretan tinggi kemudian dikeraskan.

Pemilihan bahan poros selain diarahkan menurut beban yang dikenakan dan kekakuan bentuk yang diperlukan juga menurut kondisi pemasangannya, contohnya pada poros rituel yang bahannya dipilih setelah untuk roda giginya. Pada bantalan luncur maka keausan dan sifat putaran darurat memegang perangkat, tetapi pemuaian dan nilai pukulan takikan menurun (kepekaan takikan lebih tinggi).

Design pada poros diarahkan menurut bagian tetap yang mana poros atau gandar dihubungkan (bantalan, sil dan naf dari piringan atau roda yang dipasang). Sebagai gambaran maka tempat sambungan yang dibuat dengan benar yang peralihannya dibuatkan dengan baik, yaitu umumnya pada perlemahan dari berbagai pengaruh takikan.

Yang perlu diperhatikan dalam perancangan poros ini diantaranya :

1. Gandar diam dapat ditahan jauh lebih ringan daripada poros yang berputar yang diputar.

2. Poros dari baja kekuatan tinggi tidak sekaku seperti dari St.42 yang semacam itu (modulus E sama), hanya kekuatan tekuk berubah-ubah atau kekuatan torsi berubah-ubah yang lebih besar, kalau pengaruh takikan yang tajam dihindarkan.

3. Poros berlubang denagn d1 = 0,5d beratnya hanya 75%, tetapi tahanan momennya 94% dari poros pejal.

4. Poros berputar yang kencang berlubang kencang memerlukan kekuatan yang baik, bantalan yang kaku dan pembentukan yang kaku.

5. Panjang konstruksi dari mesin seringkali sangat tergantung pada panjang dari tap bantalan, naf dan sil.

Pengamanan Poros dan gandar terhadap peggeseran memanjang diperoleh melalui peralihan poros pada tempat bantalan atau cincin pengaman. Pengaman memanjang dari bantalan, naf, dan piringan dapat diperoleh seperti melalui pemutaran satu sisi, melalui mur poros atau cincin pengaman, kadang-kadang bentuk sambungan tidak meminta pengamanan memanjang (dudukan pres dan sebagainya).

Dalam penjelasan selanjutnya akan kami jabarkan secara jelas, diantaranya :

a. Fungsi Poros

Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakara tali, puli sabuk mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan dan roda gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar. Contohnya sebuah poros dukung yang berputar , yaitu poros roda keran berputar gerobak.

Untuk merencanakan sebuah poros, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Kekuatan poros

Pada poros transmisi misalnya dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yangmendapatkan beban tarik atau tekan, seperti poros baling-baling kapal atau turbin.

Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak harus diperhatikan. Jadi, sebuah poros harus direncanakan cukup kuat untuk menahan beban-beban yang terjadi.

2. Kekakuan poros

Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika lenturan dan defleksi puntirannya terlalu besar, maka hal ini akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak roda gigi).

3. Putaran kritis

Putaran kritis terjadi jika putaran mesin dinaikkan pada suatu harga putaran tertentu sehingga dapat terjadi getaran yang terlalu besar. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian yang lainnya. Untuk itu, maka poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritis.

4. Korosi

Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang terancam kavitas dan poros mesin yang sering berhenti lama.

5. Bahan poros

Bahan untuk poros mesin umum biasanya terbuat dari baja karbon konstruksi mesin, sedangkan untuk pembuatan poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom, dan baja khrom molybdenum.

b. Macam – Macam Poros

Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut:

1. Poros transmisi

Poros transmisi atau poros perpindahan mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Dalam hal ini mendukung elemen mesin hanya suatu cara, bukan tujuan. Jadi, poros ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah satu elemen mesin ke elemen mesin yang lain.

Dalam hal ini elemen mesin menjadi terpuntir (berputar) dan dibengkokkan. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sproket rantai, dan lain-lain.

2. Spindle

Poros tranmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya yang harus kecil, dan bentuk serta ukuranya harus teliti.

3. Gandar

Gandar adalah poros yang tidak mendapatkan beban puntir,bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar. Contohnya seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang.

c. Jenis – Jenis Bantalan

Untuk menumpu poros berbeban, maka digunakan bantalan, sehingga putaran atau gerakan bolak-balik dapat berlangsung secara halus dan tahan lama. Posisi bantalan harus kuat, hal ini agar elemen mesin dan poros bekerja dengan baik.

Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros, maka bantalan dibedakan menjadi dua hal berikut :

1. Bantalan luncur, dimana terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan lapisan pelumas.

2. Bantalan gelinding, dimana terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti rol atau jarum.

Berdasarkan arah beban terhadap poros, maka bantalan dibedakan menjadi tiga hal berikut :

1. Bantalan radial, dimana arah beban yang ditumpu bantalan tegaklurus dengan poros.

2. Bantalan aksial, dimana arah beban bantala ini sejajar dengan sumbu poros.

3. Bantalan gelinding khusus, dimana bantalan ini menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

Berikut ini akan kami jabarkan dari berbagai jenis bantalan diatas sebagai berikut :

1. Bantalan Luncur

Menurut bentuk dan letak bagian poros yang ditumpu bantalan. Salah satunya adalah bantalan luncur.

Adapun macam – macam bantalan luncur adalah sebagai berikut:

a. Bantalan radial, dapat berbentuk silinder, elips, dan lain-lain.

b. Bantalan aksial, dapat berbentuk engsel kerah Michel, dan lain-lain.

c. Bantalan khusus, bantalan ini lebih ke bentuk bola.

Bahan untuk bantalan luncur harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Mempunyai kekuatan cukup.

b. Dapat menyesuaikan diri terhadap lenturan poros yang tidak terlalu besar.

c. Mempunyai sifat anti las.

d. Sangat tahan karat.

e. Dapat membenamkan debu yang terbenam dalam bantalan.

f. Ditinjau dari segi ekonomi.

g. Tidak terlalu terpengaruh oleh temperatur.

2. Bantalan Aksial

Bantalan aksial digunakan untuk menahan gaya aksial. Adapun macamnya, yaitu bantalan telapak dan bantalan kerah. Pada bantalan telapak, tekanan yang diberikan oleh bidang telapak poros kepada bidang bantalan semakin besar untuk titik yang semakin dekat dengan pusat.

3. Bantalan Gelinding

Keuntungan dari bantalan ini mempunyai gesekan yang sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur. Macam – macam bantalan gelinding diantaranya: Pertama. Bantalan bola radial alur dalam baris tunggal. Kedua, Bantalan bola radial magneto. Ketiga. Bantalan bola kontak sudut baris tunggal. Keempat. Bantalan bola mapan sendiribaris ganda.

d. Sambungan Poros dan Naf

Penyematan naf sebuah roda gigi, puli-sabuk, kopling, tuas, dan sebagainya pada poros dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain dengan menggunakan pasak, pena, bus, cincin jepit, lewat kerut, pres atau lem.

1. Pasak dan sambungan Pasak

Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin, seperti roda gigi, sprocket, puli, dan kopling pada poros. Momen diteruskan dari poros ke naf atau naf ke poros.

2. Kerut dan pres

Kedua cara penyambungan mengandung hal yang sama, yaitu bahwa penjepitan antara bagian yang dikehendaki disambung terjadi lewat perubahan bentuk elastik bagian itu sendiri. Pada penyambungan sistem ini, untuk menekan roda pada poros dapat dilakukan dengan cara memanaskan (dikerutkan) atau dapat juga menekan roda pada poros tanpa melalui pemanasan, atau dikatakan roda dipres pada poros.

B. GETARAN – GETARAN PADA POROS

Suatu fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan – kecepatan tertentu adalah getaran yang sangat tinggi, meskipun poros dapat berputar dengan baik pada kecepatan – kecepatan yang lain. Pada kecepatan – kecepatan semacam itu dimana getaran menjadi sangat besar, dapat terjadi kegagalan poros atau bantalan – bantalan. Atau getaran dapat menyebabkan kegagalan karena tidak bekerjanya komponen – komponen sesuai dengan fungsinya, seperti yang dapat terjadi pada sebuah turbin uap dimana ruang bebas antara rotor dan rumah adalah kecil. Getaran semacam ini dapat menyebabkan apa yang disebut olakan poros, atau mungkin menyebabkan suatu osilasi puntir pada poros, atau suatu kombinasidari keduanya. Meskipun kedua peristiwa itu berbeda, namun akan ditunjukkan bahwa masing – masing dapat ditangani dengan cara – cara yang serupa dengan memperhatikan frequensi pribadi dari isolasi. Karena poros – poros pada dasarnya elastik, dan menunjukkan karakteristik – karakteristik pegas.

Poros ini mengalami suatu momen punter atau momen lentur . Jika pada poros tersebut terdapat kombinasi antara momen lentur dan momen puntir maka perancangan poros harus didasarkan pada kedua momen tersebut. Banyak teori telah diterapkan untuk menghitung elastic failure dari material ketika dikenai momen lentur dan momen puntir, misalnya :

1. Maximum shear stress theory atau Guest’s theory

Teori ini digunakan untuk material yang dapat diregangkan (ductile), misalnya baja lunak (mild steel).

2. Maximum normal stress theory atau Rankine’s theory

Teori ini digunakan untuk material yang keras dan getas (brittle), misalnya besi cor (cast iron).

Pada pembahasan selanjutnya, cakupan pembahasan akan lebih terfokus pada pembahasan baja lunak (mild steel) karena menggunakan material S45C sebagai material.

Secara analitis getaran yang mengakibatkan tegangan pada poros dapat dihitung secara terperinci. Misalnya, tegangan geser yang diizinkan untuk pemakaian umum pada poros dapat diperoleh dari berbagai cara, salah satu cara diantaranya dengan menggunakan perhitungan berdasarkan kelelahan puntir yang besarnya diambil 40% dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari kekuatan tarik. Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik, sesuai dengan standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar . Harga 5,6 ini diambil untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan . Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau dibuat bertangga karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukan pengaruh ini kedalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan dalam yang besarnya 1,3 sampai 3,0 (Sularso dan Kiyokatsu suga, 1994: 8).

Pada Pembebanan yang berubah – ubah (fluctuating loads),Pada berbagai sumber bacaan tentang poros pembebanan tetap (constant loads) telah banyak dibahas mengenai yang terjadi pada poros dan ternyata pembebanan semacam ini divariasikan apapun akan tetap konstan sehingga pembebanan seperti apapun tidak menjadi masalah, dengan asumsi masih dibawah tegangan luluhnya (yield). Dan dari segi lain pada kenyataannya bahwa poros akan mengalami pembebanan puntir dan pembebanan lentur yang berubah-ubah. Dengan mempertimbangkan jenis beban, sifat beban, dll. yang terjadi pada poros maka ASME (American Society of Mechanical Engineers) menganjurkan dalam perhitungan untuk menentukan diameter poros yang dapat diterima (aman) perlu memperhitungkan pengaruh kelelahan karena beban berulang.

C. PERANCANGAN BAHAN POROS

Pada perancangan bahan poros ini terdapat perlakuan panas. Perlakuan panas adalah proses pada saat bahan dipanaskan hingga suhu tertentu dan selanjutnya didinginkan dengan cara tertentu pula. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sifat-sifat yang lebih baik dan yang diinginkan sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Sifat yang berhubungan dengan maksud dan tujuan perlakuan panas tersebut meliputi:

1. Meningkatnya kekuatan dan kekerasannya.

2. Mengurangi tegangan.

3. Melunakkan .

4. Mengembalikan pada kondisi normal akibat pengaruh pengerjaan

sebelumnya.

5. Menghaluskan butir kristal yang akan berpengaruh terhadap keuletan

bahan.

Untuk proses pembuatan poros dengan melakukan hardening permukaan. Pemanasan poros ini dilakukan di atas suhu transformasi fase dan selanjutnya didinginkan dengan cepat sekali pada suhu kamar. Sehingga terbentuk suatu fase yang stabil pada suhu tinggi, pengerasan dengan cara ini mengakibatkan terbentuknya susunan yang tidak stabil. Tetapi inilah yang membuat elemen poros ini tidak mudah aus tergerus oleh gesekan yang ada.

Untuk mendapatkan sifat-sifat bahan untuk poros yang lebih baik sesuai dengan karakter yang diinginkan dapat dilakukan melalui pemanasan dan pendinginan. Tujuannya adalah mengubah struktur mikro sehingga bahan dikeraskan, dimudahkan atau dilunakan. Pemanasan bahan dilakukan diatas garis transformasi kira-kira pada 770 derajat C sehingga perlit yang ada pada bakal poros itu berubah menjadi austenit yang homogen karena terdapat cukup karbon. Pada suhu yang lebih tinggi ferrit menjadi austenit karena atom karbon difusi ke dalam ferrit tersebut. Untuk pengerasan baja, pendinginan dilakukan dengan cepat melalui pencelupan kedalam air, minyak atau bahan pendingin lainnya sehingga atom-atom karbon yang telah larut dalam austenit tidak sempat membentuk sementit dan ferrit akibatnya austenit menjadi sangat keras yang disebut martensit. Pada baja setelah terjadi austenit dan ferrit kadar karbonya akan menjadi makin tinggi sesuai dengan penurunan suhu dan akan membentuk hipoeutektoid. Pada saat pemanasan maupun pendinginan difusi atom karbon memerlukan waktu yang cukup. Laju difusi pada saat pemanasan ditentukan oleh unsur-unsur paduanya dan pada saat pendinginan cepat austenit yang berbutir kasar akan mempunyai banyak martensit. Austenit serta martensit inilah yang nantinya akan menjadi sumber kekerasan luar dari poros

[+/-] show Full...

Sabtu, 10 Januari 2009

Who should recondition my seals?

Such a question often comes up when it is time to recondition a mechanical seal: We use several different brands of mechanical seals in my plant. When a pump is taken out of service, we usually send the seal back to the original seal manufacturer for reconditioning. One of my suppliers has offered to recondition all of my seals, regardless of brand. Is this a good idea?

Most process plant maintenance departments return their used mechanical seals to the original seal manufacturer (or Seal OEM) for reconditioning. Because the cost for a rebuilt seal is usually only about half the cost of a new seal, this is an effective way of saving money instead of buying new seals for every pump overhaul.

The Seal OEM's service center strips the seal down to its individual components, checks each against original equipment drawings and specifications, and identifies which parts need to be replaced and which can be cleaned and refurbished. They then rebuild the seal to like-new specifications using the same assembly equipment as a new seal and performing the same final quality checks with the same test equipment.

In most cases, the Seal OEM returns the original seal. Some Seal OEMs operate an exchange program where you will receive a reconditioned seal previously used by a different customer, much like returning the "core" and buying a rebuilt alternator for your car. In either case, you can expect the seal to perform just as it would if it were new. It is usually covered with the Seal OEM's warranty, just like a new seal.

The major Seal OEMs have always taken the position that refurbishing another manufacturer's product is a risky venture for reasons related to product liability, emissions, safety and maintaining a good reputation with the customer. When someone other than a Seal OEM attempts to recondition a seal, it can be even riskier.

From your point of view, consider the following:
Lack of Application Information

Most Seal OEMs provide their customers with an observation report describing the condition of the seal when returned. Sometimes this is expanded to include a complete failure report. To do this effectively, the repair people need to know the application details (pumped product, concentration, viscosity, temperature, pressure, operating conditions, etc.), which the Seal OEM will have on file from his original engineering selection. It may be difficult for the non-OEM repair shop to make meaningful conclusions without knowing the particulars of the application. If you are accustomed to your Seal OEM providing failure/observation reports, you may lose this ability with a non-OEM shop.
Material Identification

There are several critical components in any seal, particularly the carbon-graphite and carbide faces and the elastomers. Carbon-graphite all looks the same, but dozens of different grades exist. Many are proprietary to certain manufacturers, specially formulated to produce specific corrosion, thermal or tribological properties. It is practically impossible to determine the grade of a piece of carbon-graphite through testing. Unless you get lucky, most substitutes will not perform the same way as the original material, especially in challenging applications. The same issues apply to silicon carbides, tungsten carbides, elastomer O-rings, etc.
Material Equivalency

Even if the non-OEM repair shop can identify the Seal OEM's proprietary material grade from a drawing, they will have to substitute another grade because the original is proprietary. Changing carbon-graphite, carbide face material or an elastomer compound can negatively affect performance.
Dimensional Tolerances

Each individual component in a mechanical seal typically has two or three critical, tight tolerance dimensions. Usually these close tolerances are necessary to ensure the parts are round, concentric, perpendicular, free to move relative to one another without binding, and/or have the correct shrink or press fits. Any

components replaced by the non-OEM repair shop will likely be measured and reverse-engineered. There is a high probability the dimensions and tolerances will not be identical to the Seal OEM parts, particularly if the worn parts were abraded, corroded or broken-making accurate measurement difficult. This may significantly affect seal performance.
Sealants/Lubricants

Some mechanical seals are assembled with sealants or lubricants to improve performance during the start-up and break-in period. It is unlikely the non-OEM repair shop will be aware of this, as these notes are in factory assembly procedures and seldom appear on the top assembly drawings sent to customers. Obviously, performance of the seal could be negatively affected if a necessary sealant or lubricant is omitted during assembly.
Assembly Procedures

Mechanical seals (especially dual seal arrangements, metal bellows seals and dry gas seals) can be tricky to assemble. They may need special fixtures or tooling to ensure press-fits are square and true, O-rings are not cut or abraded, drive pins are correctly aligned, etc. Some seals require heat cycling at different stages of assembly to relieve stresses. Lapping specifications and finishes are not the same for all seals. The non-OEM repair shop will not have access to the fixture designs, specifications or procedures required to ensure proper final assembly of complex arrangements.
Conclusion

You ultimately choose whether you send your used seals to the Seal OEM or to a non-OEM repair shop. Price and delivery obviously enter into the decision process. The trade-off, however, could turn out to be lower seal reliability and higher safety and environmental risk.

Next Month: How will the new P3-A centrifugal pump standard affect you?

We invite your questions on sealing issues and will provide best efforts answers based on FSA publications.
Fluid Sealing Association

Sealing Sense is produced by the Fluid Sealing Association as part of our commitment to industry consensus technical education for pump users, contractors, distributors, OEMs and reps. This month's Sealing Sense was prepared by FSA Member Rick Page. As a source of technical information on sealing systems and devices, and in cooperation with the European Sealing Association, the FSA also supports development of harmonized standards in all areas of fluid sealing technology. The education is provided in the public interest to enable a balanced assessment of the most effective solutions to pump technology issues on rational Total Life Cycle Cost (LCC) principles.

The Mechanical Seal Division of the FSA is one of six with a specific product technology focus. As part of their educational mission they develop publications such as the Mechanical Seal Handbook, a primer intended to complement the more detailed manufacturer's documents produced by the member companies. This handbook served as the basis for joint development of the more comprehensive Hydraulic Institute publication: Mechanical Seals for Pumps: Application Guidelines. Joint FSA/ESA publications such as the Seal Forum, a series of case studies in pump performance, are another example as is the Life Cycle Cost Estimator, a web-based software tool for determination of pump seal total Life Cycle Costs. The Sealing Systems Matter initiative also was launched to support the case for choosing mechanical seals that optimize life cycle cost, safety and environmental compliance.
source :http://www.maintenanceworld.com/Articles/pumpzon/recondition-seals.html

[+/-] show Full...

Micrometer : Types

Basic types
The image shows three common types of micrometers; the names are based on their application:

* Outside micrometer (aka micrometer caliper), typically used to measure wires, spheres, shafts and blocks.

* Inside micrometer, used to measure the diameter of holes.

* Depth micrometer, measures depths of slots and steps.

* Bore micrometer, typically a three-anvil head on a micrometer base used to accurately measure inside diameters.

* Tube micrometer, used to measure the thickness of tubes.


Specialized types


Each type of micrometer caliper can be fitted with specialized anvils and spindle tips for particular measuring tasks. For example, the anvil may be shaped in the form of a segment of screw thread; in the form of a v-block; in the form of a large disc; etc.

Universal micrometer sets come with interchangeable anvils: flat, spherical, spline, disk, blade, point, knife-edge, etc. The term universal micrometer may also refer to a type of micrometer whose frame has modular components, allowing one micrometer to function as outside mic, depth mic, step mic, etc (often known by the brand names Mul-T-Anvil and Uni-Mike).

Blade mics have a matching set of narrow tips (blades). They allow, for example, the measuring of a narrow o-ring groove.

Pitch-diameter mics have a matching set of thread-shaped tips for measuring the pitch diameter of screw threads.

Limit mics have two anvils and two spindles, and are used like a snap gauge. The part being checked must pass through the first gap and must stop at the second gap in order to be within specification.

Micrometer stops are essentially inside mics that are mounted on the table of a manual milling machine or other machine tool, in place of simple stops. They help the operator to position the table precisely.
source :http://en.wikipedia.org/wiki/Micrometer#Types

[+/-] show Full...

Micrometer : Reading

Inch system

Micrometer thimble showing 0.276 inch
The spindle of an inch-system micrometer has 40 threads per inch, so that one turn moves the spindle axially 0.025 inch (1 ÷ 40 = 0.025), equal to the distance between two graduations on the frame. The 25 graduations on the thimble allow the 0.025 inch to be further divided, so that turning the thimble through one division moves the spindle axially 0.001 inch (0.025 ÷ 25 = 0.001). Thus, the reading is given by the number of whole divisions that are visible on the scale of the frame, multiplied by 25 (the number of thousandths of an inch that each division represents), plus the number of that division on the thimble which coincides with the axial zero line on the frame. The result will be the diameter expressed in thousandths of an inch. As the numbers 1, 2, 3, etc., appear below every fourth sub-division on the frame, indicating hundreds of thousandths, the reading can easily be taken mentally.

Suppose the thimble were screwed out so that graduation 2, and three additional sub-divisions, were visible (as shown in the image), and that graduation 1 on the thimble coincided with the axial line on the frame. The reading then would be 0.2000 + 0.075 + 0.001, or .276 inch.


Metric system

Micrometer thimble reading 5.78mm
The spindle of an ordinary metric micrometer has 2 threads per millimetre, and thus one complete revolution moves the spindle through a distance of 0.5 millimetre. The longitudinal line on the frame is graduated with 1 millimetre divisions and 0.5 millimetre subdivisions. The thimble has 50 graduations, each being 0.01 millimetre (one-hundredth of a millimetre). Thus, the reading is given by the number of millimetre divisions visible on the scale of the sleeve plus the particular division on the thimble which coincides with the axial line on the sleeve.

Suppose that the thimble were screwed out so that graduation 5, and one additional 0.5 subdivision were visible (as shown in the image), and that graduation 28 on the thimble coincided with the axial line on the sleeve. The reading then would be 5.00 + 0.5 + 0.28 = 5.78 mm.


Vernier


Micrometer sleeve (with vernier) reading 5.783mm
Some micrometers are provided with a vernier scale on the sleeve in addition to the regular graduations. These permit measurements within 0.001 millimetre to be made on metric micrometers, or 0.0001 inches on inch-system micrometers.

The additional digit of these micrometers is obtained by finding the line on the sleeve vernier scale which exactly coincides with one on the thimble. The number of this coinciding vernier line represents the additional digit.

Thus, the reading for metric micrometers of this type is the number of whole millimetres (if any) and the number of hundredths of a millimetre, as with an ordinary micrometer, and the number of thousandths of a millimetre given by the coinciding vernier line on the sleeve vernier scale.

For example, a measurement of 5.783 millimetres would be obtained by reading 5.5 millimetres on the sleeve, and then adding 0.28 millimetre as determined by the thimble. The vernier would then be used to read the 0.003 (as shown in the image).

Inch micrometers are read in a similar fashion.

Note: 0.01 millimetre = 0.000393 inch, and 0.002 millimetre = 0.000078 inch (78 millionths) or alternately, 0.0001 inch = 0.00254 millimetres. Therefore, metric micrometers provide smaller measuring increments than comparable inch unit micrometers—the smallest graduation of an ordinary inch reading micrometer is 0.001 inch; the vernier type has graduations down to 0.0001 inch (0.00254 mm). When using either a metric or inch micrometer, without a vernier, smaller readings than those graduated may of course be obtained by visual interpolation between graduations.

source :http://en.wikipedia.org/wiki/Micrometer#Reading

[+/-] show Full...

Micrometer : Parts



A micrometer is composed of:

Frame
The C-shaped body that holds the anvil and barrel in constant relation to each other. It is thick because it needs to minimize flexion, expansion, and contraction, which would distort the measurement.
The frame is heavy and consequently has a high thermal mass, to prevent substantial heating up by the holding hand/fingers.
Explanation: if you hold the frame long enough so that it heats up by 10°C, then the increase in length of any 10 cm linear piece of steel is of magnitude 1/100 mm. For micrometers this is their typical accuracy range.
Micrometers typically have a temperature specified, at which the measurement is correct.

Anvil
The shiny part that the spindle moves toward, and that the sample rests against.

Sleeve / barrel / stock
The stationary round part with the linear scale on it. Sometimes vernier markings.

Lock nut / lock-ring / thimble lock
The knurled part (or lever) that one can tighten to hold the spindle stationary, such as when momentarily holding a measurement.

Screw
(not seen) The heart of the micrometer, as explained under "Operating principles". It is inside the barrel. (No wonder that the usual name for the device in German is Messschraube, literally "measuring screw".)

Spindle
The shiny cylindrical part that the thimble causes to move toward the anvil.

Thimble
The part that one's thumb turns. Graduated markings.

Ratchet stop
(not shown in illustration) Device on end of handle that limits applied pressure by slipping at a calibrated torque.
source : http://en.wikipedia.org/wiki/Micrometer#Parts

[+/-] show Full...

Micrometer : History of the device and its name


The word micrometer is a neoclassical coinage from Greek micros, "small", and metron, "measure". Merriam-Webster Collegiate[2] says that English got it from French and that its first known appearance in English writing was in 1670. Neither the metre nor the micrometre nor the micrometer (device) as we know them today existed at that time. However, humans of that time did have much need for, and interest in, the ability to measure small things, and small differences; the word no doubt was coined in reference to this endeavor, even if it did not refer specifically to its present-day senses.

The first ever micrometric screw was invented by William Gascoigne in the 17th century, as an enhancement of the vernier; it was used in a telescope to measure angular distances between stars. Its adaptation for the precise measurement of handheld objects was made by Jean Laurent Palmer of Paris in 1848[3]; the device is therefore often called palmer in French, and tornillo de Palmer ("Palmer screw") in Spanish. (Those languages also use the micrometer cognates: micromètre, micrómetro.) The micrometer caliper was introduced to the mass market in anglophone countries by Brown & Sharpe in 1867,[4] allowing the penetration of the instrument's use into the average machine shop. Brown & Sharpe were inspired by several earlier devices, one of them being Palmer's design. In 1888 Edward Williams Morley added to the precision of micrometric measurements and proved their accuracy in a complex series of experiments.
source :http://en.wikipedia.org/wiki/Micrometer#Torque_repeatability_via_torque-limiting_ratchets_or_sleeves

[+/-] show Full...

Reading a Vernier

A Vernier allows a precise reading of some value. In the figure to the right, the Vernier moves up and down to measure a position on the Scale. This could be part of a barometer which reads atmospheric pressure.

The "pointer" is the line on the vernier labelled "0". Thus the measured position is almost exactly 756 in whatever units the scale is calibrated in.

If you look closely you will see that the distance between the divisions on the vernier are not the same as the divisions on the scale. The 0 line on the vernier lines up at 756 on the scale, but the 10 line on the vernier lines up at 765 on the scale. Thus the distance between the divisions on the vernier are 90% of the distance between the divisions on the scale.



If we do another reading with the vernier at a different position, the pointer, the line marked 0, may not line up exactly with one of the lines on the scale. Here the "pointer" lines up at approximately 756.5 on the scale.

If you look you will see that only one line on the vernier lines up exactly with one of the lines on the scale, the 5 line. This means that our first guess was correct: the reading is 756.5.

Here is a final example, with the vernier at yet another position. The pointer points to a value that is obviously greater than 756.5 and also less than 757.0. Looking for divisions on the vernier that match a division on the scale, the 7 line matches fairly closely. So the reading is about 756.7.


In fact, the 7 line on the vernier appears to be a little bit above the corresponding line on the scale. The 8 line on the vernier is clearly somewhat below the corresponding line of the scale. So with sharp eyes one might report this reading as 756.73 ± 0.02.

This "reading error" of ± 0.02 is probably the correct error of precision to specify for all measurements done with this apparatus.


Now we shall use a simulation of a Vernier Caliper. A caliper measures a length, and in the following figure we show a caliper being used to measure the length of an Object. The Object will be placed between the "jaws" of the caliper. The Object is almost exactly 75 mm (2.95 in) long.
source :http://www.upscale.utoronto.ca/PVB/Harrison/Vernier/Vernier.html

[+/-] show Full...

Vernier Caliper


Instructions on use

* The Vernier caliper is an extremely precise measuring instrument; the reading error is 1/20 mm = 0.05 mm.

* Close the jaws lightly on the object to be measured.

* If you are measuring something with a round cross section, make sure that the axis of the object is perpendicular to the caliper. This is necessary to ensure that you are measuring the full diameter and not merely a chord.

* Ignore the top scale, which is calibrated in inches.

* Use the bottom scale, which is in metric units.

* Notice that there is a fixed scale and a sliding scale.

* The boldface numbers on the fixed scale are centimeters.

* The tick marks on the fixed scale between the boldface numbers are millimeters.

* There are ten tick marks on the sliding scale. The left-most tick mark on the sliding scale will let you read from the fixed scale the number of whole millimeters that the jaws are opened.



* In the example above, the leftmost tick mark on the sliding scale is between 21 mm and 22 mm, so the number of whole millimeters is 21.

* Next we find the tenths of millimeters. Notice that the ten tick marks on the sliding scale are the same width as nine ticks marks on the fixed scale. This means that at most one of the tick marks on the sliding scale will align with a tick mark on the fixed scale; the others will miss.

* The number of the aligned tick mark on the sliding scale tells you the number of tenths of millimeters. In the example above, the 3rd tick mark on the sliding scale is in coincidence with the one above it, so the caliper reading is (21.30 ± 0.05) mm.

* If two adjacent tick marks on the sliding scale look equally aligned with their
counterparts on the fixed scale, then the reading is half way between the two marks. In the example above, if the 3rd and 4th tick marks on the sliding scale looked to be equally aligned, then the reading would be (21.35 ± 0.05) mm.

* On those rare occasions when the reading just happens to be a "nice" number like 2 cm, don't forget to include the zero decimal places showing the precision of the measurement and the reading error. So not 2 cm, but rather (2.000 ± 0.005) cm or (20.00 ± 0.05) mm.
source : http://www.physics.smu.edu/~scalise/apparatus/caliper/

[+/-] show Full...

My Articles

I have summarized the various articles and information available. Then my concert from one page to another page, so it formed a series of articles and information that is quite long.
The following article was collated. hopefully useful...
a. Carburizing
b. Maintenance
c. Surface Treatment
d. Welding

[+/-] show Full...

Gallery

Sorry, This page is still in the process of development.
Thank you very much for visiting us.

[+/-] show Full...

Ungkapan kata cinta ku..

KATA - KATA KU TENTANG SEMUA........

“..Engkau takkan dapat menatap matahari, karena matamu tidak lebih besar daripadanya. Engkau takkan dapat menahan sinarnya, karena tatapan matamu tidak lebih tajam dari cercahnya. Tapi satuhal yang kutahu : Sekalipun kau memalingkan wajahmu darinya, ia tetap menatapmu, memberi kehangatan dihatimu, dan kecerahan dalam segala harimu…”

“..Sebelum kamu tidur biarlah bibirmu tersenyum manis, pejamkanlah matamu dan lepaskan segala bebanmu. Biarlah tubuhmu terbaring tenang. Segala yang terjadi sepanjang hari tadi biarlah berlalu. Janganlah kiranya air matamu mengalir karena kegagalan, tapi jadikanlah semuanya itu pelajaran. Tataplah kedepan dan lihatlah, : Segala yang baik akan menyertaimu…”


“..Seandainya engkau punya seribu permohonan dalam doamu saat ini - biarlah kiranya
satu dari seribu permohonan itu adalah untukku…”


“..Tidurlah dengan tenang seperti seorang anak dipangkuan ibunya. Air matamu akan kuhapus dengan tanganku, lukamu akan kubalut dengan rambutku. Tidurlah dengan tenang_sbab aku menjagamu, keselamatanmu adalah pertaruhan hidupku- tanganku menopangmu. Tidurlah dengan tenang_sbab jubahku menyelimutimu, dinginnya malam takkan mengusikmu. Tidurlah dengan tenang_sbab nyanyianku menghiburmu- doaku menyertaimu. Tidurlah dengan tenang_sbab letihmu tlah kuambil darimu, dan damai sejahtra penuh atasmu…”


“..Sebelum kamu tidur biarlah sedikit waktumu mengenangku, nyanyikan senandung pengobat rindu – kelembutanmu mendamaikanku…”

“..Banyak hal yang membuatku kecewa dan bersedih. Tapi satu hal yang kutahu, : Bahwa kau tersenyum untukku hari ini, dan membuatku melupakan semuanya itu…”


“..Kita pikir kita akan mampu - membangunkan matahari sebelum ia terbit. Padahal matahari sudah terbit sebelum kita menantikannya. Oleh karena cercah cahayanyalah kita terjaga- dan mengakhiri tidur kita, untuk memulai hari_dengan penuh sukacita , dan senyuman dan dengan segudang harapan…”


“..Kita sulit melupakan seseorang, karena dia menyentuh kita, dan ‘sentuhannya’ tepat di hati kita…”


“..Biarlah setiap perkataan kita membangun - buah pikiran kita adalah inspirasi - senyuman kita meredakan amarah - tatapan mata kita adalah semangat yang menyala - derap langkah kita adalah peneguhan bagi yang lemah - tangan kita adalah penopang - nyanyian kita adalah penghiburan,.’.Dan segala yang kita miliki adalah bagi orang lain, tapi bukan karena orang lain kita berbuat demikian - tapi karena itulah kita, cerminan dari segala yang ada dalam hati kita…”


“..Kita mencari sesuatu_tapi kita kecewa, karena apa yang kita cari tidak kita temukan. Padahal apa yang kita cari sebenarnya tidak ada, atau mungkin apa yang kita cari bukanlah milik kita…”


“..Embun pagi menyapamu - tapi kau diam saja. Matahari menatapmu - tapi kau
memalingkan wajahmu. Ayam berkokok memanggilmu - tapi kau mengacuhkannya.. Tapi kali ini akan yang datang, membawa segenggam air ditanganku - membasuh wajahmu, hingga kau terjaga dari tidurmu dan menyadari bahwa semua telah menantimu…”



“..Kita merasa sendiri - padahal kita berada dalam keramaian. Kita merasa terpenjara- padahal kita berada dalam kebebasan. Kita merasa gagal- padahal kita berada dalam kesuksesan. Kita merasa dalam keterpurukan- padahal kita berada dalam kejayaan… Tapi kita adalah orang-orang yang menang, karena kita dapat melangkah dalam dua hal yang berbeda sekaligus- namun kita masih dapat bertahan…”


“..Andai bumi dapat kugenggam - akan kuberikan kepadamu. Andai bintang dapat kugapai- akan kuserahkan kepadamu. Andai matahari dalam naunganku- itupun akan kupersembahkan kepadamu…Tapi segala yang besar- segala yang megah- dan segala yang berharga tidak ada padaku. Setitik kasih yang ada ditelapak tanganku itulah yang kupunya. Semua yang ada padaku akan kutaruh dikakimu, sebagai dasar tempatmu berpijak, dan sebagai dasar bahwa aku mengasihimu…”


“..Tadi seorang pengemis minta sesuatu kepadaku. Aku menatapnya dan berkata, :
“ Maaf, aku tidak punya sesuatu yang berharga untukmu, tapi yang kupunya hanyalah sebuah karung”? …Lalu pengemis itu bertanya, ; “ Mengapa kamu memberi karung padaku “? Aku berkata padanya, : “.. Aku punya seorang sahabat namanya……., Ia punya segudang kasih dihatinya. Nanti karungmu akan terisi penuh oleh senyumannya, dan kamu tak perlu mengemis lagi…”


“..Mungkin butuh sejuta kata untuk menafsirkan ‘ Cinta ‘, bahkan itupun tidak cukup. Karena cinta tidak dibentuk oleh sekumpulan kata-kata. Ia dapat berdiri tegak dalam kelemahan, berjalan dalam kebuntuan, dan berbicara dalam kebisuan…”



“..Satu kata yang indah tidaklah cukup untuk mewakili sebuah perasaan cinta. Karena cinta lebih dari sebuah kata, bahkan seribu kata indah sekalipun tidak dapat menyamainya. Tapi satu kata yang indah bisa jadi adalah sebuah cinta, karena ada rasa dalam kata itu - dan itulah yang membuat kata itu menjadi hidup…”


“..Saat terindah bersamamu - adalah ketika aku melihat dengan jelas matamu. Karena ketika aku menatapmu, aku melihat bayanganku ada dimatamu. Bahkan ketika kau menangis sekalipun - bayangan itu terlihat lebih jelas. Sekiranya engkau berkenan- ijinkan aku menghapus air itu dari matamu, agar bukan sekedar bayanganku saja yang ada didalam matamu, tapi aku sendiri secara nyata dihatimu…”


“..Kiranya hari ini kau tersenyum, bersukacita, dan penuh dengan damai sejahtra. Dan sekiranya orang-orang yang melihatmu, mereka akan berkata, : “ Sungguh hatiku bersuka karenanya…”


“..Bangun dan beranjaklah dari tempat tidurmu, keluar dan lihatlah - matahari telah tiba, ia menyapa kepada seluruh dunia, dan kepadamu juga…”


“..Perasaan hanya berbicara tentang hal-hal yang indah dan menyenangkan saja, tapi hati nurani berbicara tentang kejujuran dan kebaikan. mereka sering berjalan beriringan, namun kadang mereka berlawanan…”


“..Berikan aku satu saja dari sejuta senyuman yang kau miliki, maka aku akan berperang melawan kemarahanku, dan akulah pemenangnya…”


“..Basuhlah wajahmu dengan segenggam air yang kuberikan, lalu perhatikan apa yang terjadi…”

“..Engkau tidur dalam ketenangan - karena tubuhmu terbaring beralaskan kedamaian. Bibirmu tersenyum manis - karena hatimu berselimutkan kasih sayang, dan ketika engkau terjaga dari tidurmu - segala yang baik pun akan menantimu…”


“..Aku hendak memberi sekuntum mawar untukmu - tapi seketika aku mengurunkan niatku. Karena aku pikir ia akan layu dalam beberapa waktu, dan kau akan membuangnya. Namun biarlah ‘perkataan manis nan indah’ yang kupersembahkan, dan sekiranya kau mendengarnya – ia akan melekat dihatimu…”


“..Dan seperti matahari yang tidak pernah lupa untuk terbit dan terbenam, - dan seperti gelombang laut yang tak pernah berhenti, demikianlah aku mengenangmu dalam segala hariku…”

“..Indahnya sinar mentari diwaktu pagi – tidaklah dapat menyamai keindahan senyumanmu. Karena sinar hanya menyentuh bagian permukaan saja, tapi senyumanmu menyentuh hingga kedalam relung hati…”

“..Sekiranya engkau berkenan – ijinkanlah aku memetik sekuntum mawar dari taman hatimu, dan biarlah keindahanmu bersamaku dalam sepanjang hariku…”


“..Bintang malam bertabur dengan indahnya – cercahnya menghalau gelapnya malam – sinarnya menerangi jalan, hingga tak satupun sesuatu luput dari pandangan. Namun ada satu Bintang yang sungguh menggetarkan, cahayanya meneduhkan, dan terangnya mendamaikan…”


“..Engkau seperti pelangi dalam terang – awan mengiringmu dengan setia. Cahayamu memberi kehidupan bagi jiwa yang binasa - menuntun hati yang terhilang. Sinarmu meneduhkan bagai rembulan – menghapus air mata menjadi senyuman.
Kau…teruslah disini – masuklah kedalam jiwaku, dengarlah ratapku, berdiamlah dalam rasaku…”

“..Ingin rasanya aku membelaimu – dalam keheningan malam nan syahdu, merajut mimpi dalam kepastian. Ingin kucurahkan segala rasa – dalam senyum tak berkesudah, menenun harap dalam jiwa. Kan kuukir namamu dalam namaku – kusentuh ia dengan cinta sejati, kugenggam ia dalam sanubari …”
“..Rasanya sudah seribu tahun aku mengenalmu, - karena aku merasa dekat darimu. Engkau memberi jawaban lebih dari yang kupikirkan. Ketika aku terbata - bata dalam berucap - engkau menuntun lidahku, menghapus keluh dari jiwaku. Engkau berkenan mengajarkanku - sebuah bahasa lain yang belum aku ketahui, hingga aku mengerti segala perkataanmu. Sedemikian murninya hatimu - hingga aku sungguh mengagumimu, untuk mengerti segala hal tentang dirimu…”


“..Cinta sering membuat kita menangis.., namun oleh karena tangisan itu kita jadi bisa menghargainya…”

“..Aku berdiri didepan pintu rumahmu dan mengetuk. Sekiranya engkau berkenan – bukalah pintumu bagiku, bawa aku masuk dan menikmati indahnya rumah hatimu…”

“..Kekayaanmu membuatku ingin mencuri sesuatu milikmu. Kemurahanmu membuatku ingin meng-hargai sesuatu darimu. Keindahanmu membuatku ingin berdiam didekatmu. Kebaikanmu membuatku berbelas dihadapanmu.. Dan semua yang engkau miliki sungguh mempesonaku, karena semua bersumber didalam hati…”

“..Hingga saat ini tetap saja aku tidak mengerti, ombak membawa pergi nama yang ku tulis dihamparan pasir itu. Batinku bertanya, : mengapa dia membawanya dan kapan dia akan kembali..? Tapi dia hanya diam, karena memang dia tidak dapat berbicara…
Ombak datang dan pergi tanpa tahu untuk apa dia melakukan itu, tapi Cinta juga datang dan pergi – namun ia mengerti mengapa ia berbuat demikian…”



“..Sekalipun seluruh dunia membecimu – aku akan mengasihimu, sekalipun seluruh dunia menghakimimu – aku akan membelamu, sekalipun seluruh dunia hendak memenjarakanmu – aku akan membebaskanmu, dan sekalipun seluruh dunia berhasrat membunuhmu – aku akan menyelamatkanmu..
‘Dan sekiranya seluruh dunia melakukan seperti apa yang kuperbuat bagimu, ‘siapakah aku dihatimu…”

“..Tak terlukiskan betapa indahnya hatimu – hingga seribu puisi pun enggan bersanding denganmu…”

“..Tak terbersit sedikit pun untuk menyakitimu – sebab kau terlalu lembut untuk disakiti, sebab tak mungkin aku menyakitimu – karena kau adalah bagian dalam diriku…”

“..Sedemikian halnya banyak pertanyaan yang kita terima sepanjang hari, seperti langkah – langkah yang kita lalui sepanjang waktu. Dan ketika kita telah tiba disuatu tempat yang kita harapkan – itulah jawaban dari semua pertanyaan itu…”

“..Sedetik bersamamu adalah pengalaman yang berharga bagiku, dan setiap detik takkan ada lagi yang tersiakan oleh karenamu…”

“..Bermusuhan denganmu mungkin saja lebih baik – daripada bersahabat dengan kebimbangan, berperang denganmu mungkin saja lebih bermakna – daripada berbicara dengan ketidakmampuan, dan binasa ditanganmu mungkin saja lebih terhormat – daripada kembali dalam kekalahan…”

“..Biarlah garda dan prisaiku menjagamu malam ini, tidurmu akan tenang – sebab tanganku menaungimu, nyanyianku memanjakanmu – sebab kelembutan hati adalah senandungmu..
Tak terhingga betapa akan bahagianya engkau – sebab mimpi indah menerbangkanmu dengan sayapnya, dan seluruh keindahan bersamamu dalam setia…”

“..Berapa ratus mil yang telah engkau lalui – atau berapa ribu mil yang telah engkau jalani, namun kakimu tak pernah letih, dan tubuhmu tak pernah mengeluh karenanya..’Sbab sesuatu yang engkau cari lebih berharga daripada semua pengorbananmu, dan setiap pengorbananmu adalah langkah awal dari kemenanganmu…”

“..Tak tergantikan betapa indahnya sang mentari itu – sinarnya takkan lekang oleh waktu.. sekarang ia telah tiba – menyapamu dengan lembut, menghangatkan jiwamu, dan menuntunmu sepanjang waktumu…”


“..Dalam gelap ia masih mampu bersinar – dalam dingin ia masih mampu menghangatkan, dalam sepi ia masih mampu berbicara..’Dan itulah Cinta – sanggup meruntuhkan hal yang tidak mungkin menjadi nyata, dan kali ini ia telah datang, memenuhi hatimu dalam sepanjang waktumu…”

“..Satu senyumanmu bisa memberi arti bagi orang yang menerimanya – sekiranya setiap hari engkau memberi satu senyum untuk seribu orang.. ‘dan apakah yang akan terjadi jika engkau melakukan itu disepanjang hidupmu…”

“..’Dan setiap hari adalah bahagia – karena hati adalah dasar dari semuanya..’Ia akan membalut lukamu – menyeka air matamu, dan memulihkan jiwamu…”

“..Satu hal – dua hal – ataupun mungkin segala sesuatu dapat berubah dalam waktu yang cepat – diluar dari apa yang kita pikirkan..’ Kita mencari sesuatu seakan-akan ada hal yang hilang dalam diri kita, padahal dengan seiring waktu yang berjalan kita telah menemukan banyak hal, dan itulah yang menuntun segala perjalanan kita…”

“.. Mengukir hari dalam hati seperti halnya aku memandangmu indah adanya…”

“..’Dan bintang – bintang akan menari serta bernyanyi untukmu, mereka hendak menyenangkan hatimu, menghapus letihmu, dan menemani malammu dalam damai…”

“..Kakimu telah jauh melangkah – namun perjalananmu belumlah usai, sebab apa yang engkau cari belum jadi milikmu, tapi ia sudah berada dihadapanmu - berdiri dalam kesempurnaannya…”

“..Takkan kubiarkan air matamu mengalir tersia – ‘kan ku seka ia dengan tanganku, dalam bejana jiwa ku taruh ia dengan lembut, dan oleh perantaraan waktu ia akan abadi didalam hati…”

“..Seperti sekuntum bunga ini yang takkan pernah layu oleh waktu - demikianlah aku memandangmu sempurna sepanjang masaku…”

“..Dan segala sesuatu mungkin saja terjadi – tapi janganlah kiranya damai itu pergi dari hatimu, sbab disanalah benteng pertahananku - tempatku berteduh…”

“..Tanpa kusadari aku telah bangkit dari tidurku – namun tetap saja aku masih merasa bermimpi, sbab sebuah nyanyian baru sungguh mendamaikanku – membisikkkanku seribu bahasa lain yang belum aku mengerti, dan dalam sejuta kebimbangan aku telah diteguhkan…”

“..Hapuslah air matamu dan gantikanlah dengan senyuman – lepaskanlah bebanmu maka bebaslah hatimu, sbab mata adalah pelita tubuh – dan hati adalah pelita jiwa..’Langkahmu akan lurus – kakimu takkan tersandung, dan janganlah kiranya hatimu menjadi bimbang – sbab cinta tlah melekat dihatimu…”

“..Sekiranya damai dan kemurahan hati penuh atasmu – berkenanlah untuk berbagi padaku, biar apa yang ada dihatimu – ada juga didalam hatiku…”

“..Sembuhlah lukamu dan nyanyikanlah senandung penuh Cinta, takkan pernah letih ia mengiringmu – tiap langkahmu dituntunnya, tanganmu dipegangnya erat..’ Sekalipun dalam tempat yang gelap ia takkan meninggalkanmu – hingga kau tiba ditempat dimana hatimu berpaut, sejak hari ini dan selamanya - ia akan bersamamu…”

“..Seperti salju yang terus membeku – demikianlah kau mengenangnya selalu, ‘Engkau memelihara keluh dihatimu – padahal sesuatu yang indah tlah menantimu. Ia hendak masuk kedalam hatimu, mengubah keluh menjadi sukacita – menghapus air mata menjadi senyuman, ia akan berdiam dihatimu – dalam segala hal, - dan dalam segala rasamu…”

“..Akankah nafas berhenti – dan masa berakhir, takkan ada lagi waktu ‘tuk berkata. Semua berlalu dan pergi begitu saja - jejak langkah terhilang, airmata mengering, Semua binasa dalam kesiaan, seribu puisi tak lagi berarti – sbab tak ada lagi senyuman, tiap kata menjadi hambar – sbab kau tak menyapa…”



“..Hatiku takut dan gentar – sbab aku ini sendiri dan terluka. Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang – biar aku dapat membalut lukaku dan mengejarmu.. - Janganlah bersembunyi dariku, sbab aku menantimu, - sbab hatimu adalah pelita bagi jiwaku...”

“..Seperti tanah kering yang merindukan hujan – demikianlah hati membutuhkan kasih. Tiap rintikan yang jatuh takkan mungkin kembali ke langit – seperti kasih yang takkan pernah kembali sia-sia, - sbab ia telah bersemi dihati yang tulus…”

“..Terkadang kita merasa jauh – padahal kita saling menatap dan menyapa. Betapa besar dan kuatnya tembok yang memisahkan – hingga saat ini tetap saja ia masih berdiri tegak. Sbab tangan tak mampu lagi menopang – dan kaki tlah letih melangkah..’Tapi percayalah ia akan runtuh tepat pada waktunya, bukanlah dengan tangan dan kaki yang melakukannya, melainkan dengan ‘perkataan hati yang tulus’ – maka ia akan runtuh..”

“..Aku hendak menawarkan sesuatu kepadamu – sebuah harapan baru yang belum pernah engkau ketahui – yang akan mengantarkanmu ketempat yang belum engkau lalui..
‘ Ikutlah dan berjalanlah bersamaku – sebab tanganmu kupegang erat, engkau akan melihat ribuan bintang menari untukmu, - dan sinarnya bernyanyi bagi hatimu…”

“..Sebab banyak orang yang berhasrat membunuhku – namun biarkanku bersembunyi dalam bayangmu, sebab kutahu ada damai disitu – jiwaku pun menjadi tenang, - sebab hatimu adalah prisai bagi jiwaku...”

“..Sungguh betapa bahagianya aku ketika kau tersenyum buatku – sebab senyummu memberi arti bagiku, - dan itulah yang menantikanku…”

“..Tidurlah lembayu senja – tidurlah dalam keharibaan kasih, seribu puisi terlantun manis ditelingamu – mengantarkanmu ketempat damai itu, tak ada lagi air mata – sedih pun enggan mendekat padamu – sbab hati penuh belaian kasih..
Dinginnya malam takkan menusuk tulangmu - sbab kasih dan damai sejahtra telah penuh atasmu, sejak saat ini ia akan berdiam dalam jiwamu -, ditempat perhentian hatimu…”

“..Sekali ini saja dengarkanlah aku, - tidakkah kau mengerti bahwa tubuh memerlukan pakaian dan hati membutuhkan kasih..
Berapa lama lagi kau akan berdiam – tidakkah kau melihat ada bayangan dihadapanmu, menari dan bernyanyi ia bagi jiwamu, penuhkan hasratmu dalam keabadian..
Dimanakah sejatimu itu – aku telah menemukanmu dalam mimpiku tetapi kau selalu saja bersembunyi – dalam gelap kau seakan menghilang, namun tetap saja terang itu mengejarmu dengan setia…”

“..Ditelapak tanganku telah tertulis namamu – seperti sebuah cincin yang selalu melekat dijari, dalam tanganku kan ku jagai kau terus – seperti air sungai yang terus mengalir, - dalam genggamanku keselamatanmu adalah pertaruhan hidupku…”

“..Sedapat mungkin jika hal itu berkenan kepadamu – maafkanlah aku.., biarlah perdamaian yang darimu ada padaku – sebab ku tahu itu sungguh berarti bagiku…”

“..Setiap kali aku mengingatmu adalah perjalanan panjang bagiku, - sebab kutahu namamu telah terukir indah dihatiku – melekat erat dalam setiap bayangku…”

“..Aku telah bangkit dari pembaringanku dan aku mengingatmu.. Tinggal sedikit lagi waktu maka semua akan berubah – rembulan tak lagi berkuasa - sbab mentari telah menghalaunya, ia akan menghanguskanmu seperti jerami dimusim kering..
Berapa lama lagi kau akan bertahan – sebab segala sesuatu akan menjadi nyata…”

“..Tak ada rasa yang tak bernilai – sebab semua berasal dari hati, tangan menopang, perkataan meneguhkan – namun hatilah yang merasakan.. ‘ ia berbicara ketika semua tak mampu lagi berkata, dalam duka dan bahagia ia selalu terdepan – seperti garda dan perisai perang – menghalau musuh tanpa gentar…”

“..Telah tiba saatnya untuk menyudahi hari – dalam tenang aku hendak membaringkan tubuh – hingga kedua mata terpejam penuh, - ‘ namun haruskah aku melupakanmu dan tidur tanpa mengenangmu.. -‘ seperti rembulan yang selalu hadir dimalam hari – demikian waktu yang berlalu akan penuh arti…”

“..Tanpamu aku lemah – sebab tanganku kau pegang erat, mengisi hari dalam suka dan sedihku, - dengan segenap hati aku mengasihimu…”

“..sebuah kebanggaan bagiku bisa mengenalmu – seperti matahari yang selalu menghangatkan, - demikianlah setiap orang yang memandangmu akan bersuka…”

“..Dengan sepenuh hati aku hendak mengenangmu – sebab setiap kali aku mengingatmu engkau menambahkan semangat bagiku, dalam keruntuhan hati aku hendak menghampirimu – menyapamu sebelum matahari menghardikku.. Dengan segenap nafas aku hendak melantunkan sebait bagimu – nyanyian baru dari hati yang merindu…”

“..Lebih dari nafas aku membutuhkanmu – sebab rasamu telah membangkitkanku dalam keruntuhan jiwa, lebih dari nafas kau membentuk hariku, - dalam seribu asa kau ubah hatiku – hingga tiap detik adalah harapan baru..- ’Seperti goresan kecil ditanganku, begitulah aku memandangmu – terukir indah tanpa pudar…”

“..mestinya kau telah disini – sebab aku telah menantimu dimasa perihku, telah kudirikan istana bagi jiwamu, kuukir lembut namamu dalam tiap sudutnya.. – ‘ sudilah sejenak saja kemari – memandang istana yang telah kubangun untukmu, dengan airmata telah ku lukis indah wajahmu - biar semua tahu bahwa engkaulah pemiliknya, - dan berkenanlah tinggal disini untuk selamanya, - nikmati harimu dalam segala keinginan hatimu…”

“..Sebab yang kumau adalah kau menjaga hatiku – aku mengenalmu seperti butiran mutiara didasar laut, dalam kegelapan kau selalu bersinar terang - sebab lebih dari semua itu tak ada pelita yang kutemui, - hingga saat ini hatimu adalah pelita tak tergantikan…”

“..Disaat kau tersandung dan kakimu terluka janganlah pernah menangis – mungkin itulah waktu terbaik bagimu untuk berhenti dan berteduh sejenak, sebab engkau telah memaksa diri untuk terus melangkah sementara kakimu belum sepenuhnya pulih..- biarkan hatimu tertegun sejenak – menatap segala sesuatu yang telah engkau raih, dan nikmatilah semuanya itu sebagai sebuah hadiah dari setiap pengorbananmu, - dan tinggal sedikit lagi waktu maka semua akan jadi milikmu…”


“..Telah kusadari segala sesuatu bisa terjadi – meskipun aku sendiri aku akan terus melangkah, sebab perjalananku ialah seperti sebuah peperangan – yang ada hanyalah maju dan mundur – tak ada kata menyerah dan berdiam, sebab pertaruhanku bukan hanya hidupku, tapi juga orang-orang yang ada dihati…”

“..aku hendak menentramkan jiwaku sebelum aku membaringkan tubuh – sebab tak ada yang lebih indah lebih dari hati yang tenang, dalam damai ada senyum – seribu nyanyian meruntuhkan duka..
‘ aku menjagamu hingga kedalaman hatimu – lebih dari hidup yang kumiliki adalah sebuah perebutan bagi kemenanganmu…”

“..Sementara aku menantikan fajar – biarlah hatiku penuh mengingatmu, seperti matahari yang terbit menghiasi pagi – demikianlah namamu adalah perhiasan jiwaku…”

“..Sebab perjalananku bukanlah tanpa arah – begitu besar harapan yang telah terukir dalam hati, tertulis lembut dilembar jiwa – biar tak terpudarkan oleh masa dan waktu, - sebab hati adalah lembaran jiwa dan airmata-lah yang menorehkannya – hingga tiap detik adalah harapan baru yang indah, - dan semua yang tertoreh dalam lembaran itu berasal dari kepenuhan hatiku…”


Mengkhayal berarti sesuatu yang indah. sebab indah pastilah berkhayal dengan apa yang akan aku lalui dan dengan siapa akan nantinya berakhir… mengeluh dengan banyak peluh tertatih dengan syarat isyarat dunia yang meluas…. Nan berkembang bak kembang tak akan selesai sampai aku memetiknya……’’

Akulah anak manusia dengan jemari jemari alam
Lukisan pun tidak akan tau siapa aku ,karena terdiam terpajang
Tapi lihatlah dengan kasat,jangan sampai bergemuruh runtuh
Andai aku gunung tiada aku luruh,andai aku lukisan tiada aku memudar.

Dan setiap langkah adalah indah,dan beribu jejak adalah hiasan hidup yang akan membuat ku tenang,hening dalam bening, yang ketika menyapaku sambutlah wahai dunia ,kejarlah jangan engkau melangkah misteri ini tidak akan mati…….

[+/-] show Full...

Comment..